KENANGAN

Makna Lagu "Tanha dan Ego Manusia"
diciptakan : Alm. Jan Kusnadi

Jika kita mencermati dan merenungkan makna terkandung pada lagu ciptaan alm. Jan Kusnadi yang mendapat juara 2 pada saat lomba cipta lagu Buddhist tingkat nasional, diselenggarakan oleh KMBJ dekade tahun 1980an, ternyata mengandung makna yang dalam disertai konsep penyusunan lirik yang mudah dipahami.

Mari kita telaah kalimat demi kalimat
"Saat manusia terpaku pada dirinya, saat itulah kehancuran menimpa".
Penulis lagu mengawali lagu menceritakan sifat manusia, "terpaku" yang dimaksud disini adalah cara berpikir yang hanya mementingkan diri sendiri yang akan mengakibatkan kehancuran dirinya.

"Dunia takkan bahagia dengan egoisme manusia, dunia takkan ada damai dengan egoisme manusia".
Lebih parah lagi jika rasa mementingkan diri sendiri tersebut mempengaruhi kehidupan dunia. Contohnya pihak penguasa ingin menguasai wilayah kekuasaannya sehingga terjadi peperangan dan kelaparan.

"Hidup saling mengasihi sesama, hidup ditujukan untuk semua"
Tak hanya melukiskan akibat-akibatnya, penulis lagu menjelaskan bagaimana selayaknya kita harus bertindak, dengan kasih sayang dan hidupnya turut memikirkan kepentingan orang lain, maka akan tercipta rasa saling mengasihi.

"Manusia bukan individu, tapi bagian dari alam semesta"
Menekankan bahwa kehidupan manusia bukan hanya hubungan antar manusia saja tapi berhubungan pula pada alam semesta.

"Sadarilah, hilangkanlah lobha dosa dan moha, jangan ada lagi tanha"
Menariknya, pada akhir lagu, penulis lagu mengajak untuk melenyapkan 3 akar kejahatan dan menghilangkan keinginan rendah dan kehausan (Tanha). "Wahai para bhikkhu, ada tiga akar kejahatan. Apakah tiga akar itu? Akar kejahatan keserakahan (lobha), akar kejahatan kebencian (dosa), dan akar kejahatan kebodohan batin (moha). Itulah ketiganya. Keserakahan, kebencian dan kebodohan batin, yang muncul dari dalam dirinya, akan merugikan orang yang berpikiran jahat, seperti buah bambu menghancurkan tumbuhnya pohon itu sendiri. " (Itivuttaka 3.1; Khunddaka Nikaya).

Untuk mendengar alunan lagu diatas, kunjungi website : www.dhammasena.org/index.php?c=tanhaegomanusia

Setelah kita menyelami makna lagu "Tanha dan Ego manusia", mari kita lihat apa yang pernah di ucapkan oleh mantan presiden Republik Indonesia, sekaligus tokoh agama yang sangat disegani KH. Abdurrahman Wahid atau Gusdur Almarhum.

Kita amati lebih detail, terdapat persamaan makna antara lagu "Tanha dan Ego manusia" pada kalimat. "Manusia bukan individu, tapi bagian dari alam semesta" dengan kalimat yang diucapkan Gusdur "Peran agama sesungguhnya adalah membuat orang sadar akan fakta bahwa dirinya bagian dari umat manusia dan alam semesta".

Kita tahu Gusdur adalah orang yang berpengetahuan, berpendidikan dan berwawasan luas, kalimat yang diucapkannya tentu hasil dari proses pembelajarannya. Ucapan Gusdur diatas dan kalimat pada lagu "Tanha dan Ego Manusia" jelas menambah wawasan kita bahwa seorang penulis lagu perlu berwawasan luas untuk menyampaikan aspirasi melalui untaian kata dan nada, serta mampu aian kata dan nada, serta mampumengabungkan nilai Dhamma sehingga menghasilkan lagu yang indah.

Andaikan Jan Kusnadi masih hidup tentu akan bangga untaian lagunya didukung penuh oleh Gusdur. Demikian pula sebaliknya andaikan Gusdus masih hidup tentu senang makna ucapannya ada dalam lagu yang diciptakan Jan Kusnadi.

Semoga lagu Buddhist yang diciptakan 20 tahun lalu, selalu dikenang dan dapat dinyanyikan oleh alumni, pengurus dan seluruh anggota Dhammasena, dan menjadikan lagu abadi dikenang sepanjang masa, tak lapuk oleh waktu.